BAB 2 - Agar Tidak Gagap Lagi

Unknown | 20:22 |

PERBURUAN REFLEKS KEGAGAPAN

Bagaimana terkuncinya pita suara dapat menciptakan berbagai macan perjuangan-untuk-bicara? Ahli terapi bicara yang saya temui menyatakan bahwa perjuangan ini dapat dibagi menjadi tiga bagian: keragu-raguan (kadang disebut sebagai rintangan), pengulangan (kata-kata, bunyi, dan suku kata) dan perpanjangan (lagi-lagi, kata-kata atau suku kata). Tapi pengelompokkan ini sepertinya dapat berubah-ubah dan cenderung bertentangan dengan banyak bukti nyata yang saya amati. Apalagi, pengelompokan ini hanya berhubungan dengan aspek berbicara, tanpa menghiraukan aspek non-bicara.

Kebanyakan Ahli Penyakit Kemampuan Berbicara secara samar-samar mengkonsepkan kegagapan sebagai “ketidakorganisasian” dalam sistem pernafasan, pita suara, dan mekanisme pengucapan kata-kata. Namun bagaimanapun juga, dasar yang pasti dari ketidakorganisasian ini tidak pernah dijelaskan dan tidak ada penelitian yang diadakan untuk membuktikannya.

Mengapa, jika memang ada “ketidakorganisasian”, ia menghilang ketika si pasien mulai berbicara dengan keras kepada dirinya sendiri? Dan mengapa ia juga tidak muncul secara terus-menerus melainkan hanya pada kata-kata tertentu?

Setelah melihat hasil penelitian saya kembali, saya tetap percaya bahwa penyebab fisik dari bicara gagap terletak pada pita suara dan perilaku lain yang terlihat adalah reaksi dari penarikan pita suara. Tapi sebab persis dari reaksi ini masih membingungkan saya, sampai pada suatu hari, sebenarnya tanpa sengaja, saya menemukan jawabannya.

Ada sebuah pintu yang saya lewati setiap hari di kantor saya. Prasedur yang saya gunakan selalu sama. Saya mendekati pintu, meletakkan tangan di atas pegangan, memutarnya, menarik pintu sampai terbuka, berjalan melewati pintu, dan pintu itu akan secara otomatis tertutup di belakang saya. Cara ini selalu berhasil, saya selalu mengharapkannya berhasil, dan saya memang tidak pernah kecewa.

Tapi pada suatu hari pipa air kantor di lantai atas bocor, dan air meresap melalui atap kantor saya dan meresap ke pintu kayu. Pintu itu lalu melar dan nyangkut di kusennya tanpa sepengetahuan saya karena perubahannya sangat lambat sehingga saya tidak melihatnya.

Jadi saya berjalan menuju ke pintu, seperti yang telah saya lakukan selama bertahun-tahun, meletakkan tangan saya ke pegangannya, memutarnya, dan mulai menarik. Tapi pintunya tidak mau bergerak; pintunya macet. Reaksi pertama saya adalah menarik lebih kuat, tapi tetap tidak berhasil. Jadi saya menarik lebih keras lagi, sampai akhirnya, pintunya terbuka lebar.

Dua puluh menit kemudian, saya kembali ke pintu tadi dan lagi-lagi pintunya macet. Saya lalu menyentakkan pintu itu dengan paksa dan pintu itu terbuka.

Saat itu juga saya sadar bahwa saya baru saja mempelajari suatu kebiasaan. Saya telah belajar, dari sebuah percobaan, sekitar dua puluh menit sebelumnya, untuk dengan paksa menyentakkan pintu sampai terbuka. Saya telah belajar untuk berjuang.

Pintu yang melar ibaratnya sama dengan pita suara yang terkunci, dan tarikan yang saya lakukan sama dengan perilaku berjuang melawan kegagapan. Kenyataan bahwa perjuangan awal saya telah berhasil dengan sukses, yaitu, pintunya dapat terbuka, berarti saya telah diberi penghargaan untuk usaha saya dan oleh karena itu, saat saya menemui situasi yang sama saya akan berjuang lagi. Dan memang saya lakukan.
Berhubungan dengan kegagapan – John, berjuang untuk mengucapkan namanya (menarik pegangan pintu), setelah beberapa waktu berhasil mengucapkannya (pintunya dapat terbuka), dan usaha untuk mengucapkannya (mencoba membuka pintu), adalah penghargaan untuk perjuangan (melawan kegagapan) untuk mengucapkannya.

Sekarang saya mulai curiga bahwa semua kegagapan yang saya teliti ini ternyata dipelajari. Dan semua variasi yang saya temukan tidak lain hanyalah bentuk penghargaan yang mengesankan yang diberikan oleh beraneka ragam manusia karena telah berhasil mengatasi satu masalah inti yang sama, kejang pita suara. Disini, pada akhirnya, ditemukan refleks gagap. Semua perjuangan-untuk-berbicara sekarang dilihat sebagai refleks yang dipelajari.

Serpihan-serpihan puzzle mulai terlihat. Dari pengetahuan saya tentang anatomi dan psikologi alat-alat untuk berbicara saya tahu bahwa ada sebuah ujung saraf kecil di dalam pita suara yang tugasnya mendeteksi tekanan dan mengirim informasi ke otak. Saat tekanan dalam pita suara mengakibatkan penguncian, ujung saraf ini membuat pola kejut tertentu. Sekarang saya mulai mengerti bahwa saat pola kejut ini mencapai otak, otak akan memicu refleks gagap.

Untuk menanggapi tekanan ini (meskipun belum jelas), penderita gagap mengunci pita suaranya; karena hal ini adalah refleks bawaan dari lahir. Terkuncinya pita suara, oleh karena itu, memicu kegagapan, sebuah refleks yang dipelajari. Jadi disini ada dua refleks – yang satu dari lahir, yang lainnya dipelajari.
Saya bertanya kepada seorang rekan yang belajar psikologi apakah mungkin refleks yang kuat dan beragam seperti kegagapan itu dapat dipelajari. Ia menjawab dengan cara menunjukkan sebuah sel yang mulai belajar membelah diri dan mengatakan bahwa kebanyakan perilaku agresif dipelajari dengan tidak sadar. Perjuangan-untuk-bicara yang saya amati merupakan salah satu contoh kecil dibandingkan dengan membelah diri. Segala jenis perilaku yang mendatangkan keuntungan dapat dipelajari, dan dapat berbicara setelah melakukan perjuangan keras jelas merupakan imbalan yang pantas dan melatarbelakangi aksi mempelajari bicara gagap.

Rekan itu lalu mengatakan bahwa ada imbalan lain yang muncul di kebanyakan perilaku yang dipelajari dan ia mengira kasus ini terjadi pada orang-orang gagap – berkurangnya rasa khawatir. Apapun yang membuat seorang gagap tidak merasa khawatir untuk berbicara akan diberi imbalan dan dipelajari.
Saya ingat beberapa orang gagap mengatakan bahwa mereka lebih suka mencari kata-kata pengganti daripada bicara gagap. Saat mereka bicara tanpa sadar mereka memandang jauh ke depan sehingga mereka dapat mengendalikan pembicaraan dan menghindari kata-kata yang mereka takuti dan menggantinya dengan kata-kata lain yang dapat mereka ucapkan. Keberhasilan menghindari kata-kata yang menakutkan ini mengurangi kekhawatiran mereka, olah karena itu mereka memberi imbalan dan mempelajari perilaku ini. Aksi penghindaran kata-kata ini menjadi suatu refleks, sama seperti kegagapan mereka. Lebih jauh lagi, untuk menghindari kata-kata sulit seorang gagap membiasakan diri mereka melihat pembicaraan jauh ke depan, jadi perilaku ini juga menjadi refleks.

Saya menemukan bahwa refleks gagap, sebenarnya adalah empat refleks yang dipelajari. Yang pertama, gagap terang-terangan; kedua, penghindaran kata-kata; ketiga, penghindaran situasi; dan keempat, kebiasaan melihat percakapan jauh ke depan.


Lanjut Ke Bab 3

Kode Smiley Untuk Komentar


:a :b :c :d :e :f :g :h :i :j :k :l :m :n :o :p :q :r :s :t
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

About Me

Blogger Indonesia yang berusaha membangun blog yang menarik yang semuanya berawal dari mimpi dan terus ingin berkarya untuk kebutuhan masa depan.....More About Me

Tanda tangan Untitled 1 Original Self Blog
Copyright © 2014 Yoke's Blog Article 2013 est - Contact me - About This Blog and Writter
Related Posts with Thumbnails